JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Pembenahan pola komunikasi antar masyarakat maupun masyarakat dengan pemangku kepentingan menjadi salah satu kunci mencegah insiden antar masyarakat seperti yang terjadi di Tolikara. Peristiwa pembakaran masjid dan adanya Perda berbau SARA dinilai tak ada kaitannya dengan soal agama.
"Tolikara bukan masalah agama. Masalah dasar adalah komunikasi yang tak berjalam baik," kata Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama yang juga Ketua Wilayah Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga Injili Indonesia Lipiyus Biniluk usai bertemu Presiden Joko Widodo Jumat sore di Kompleks Istana Presiden Jakarta.
Ia mengatakan ke depan komunikasi antar pihak harus terus dikembangkan sehingga tidak terjadi hal serupa.
Saat bertemu dengan Kepala Negara, Pendeta Lipiyus yang didampingi oleh sejumlah tokoh agama dan pemerintahan di Tolikara juga mengatakan bahwa kondisi di daerah itu khususnya dan di Papua pada umumnya dalam kondisi yang aman.
"Pertemuan kami sangat baik kami laporkan situasi keamanan khususnya Papua aman. Tidak seperti yang diberitakan sekarang ini. Sejak 2 jam setelah (kejadian-red) itu Tolikara aman. Dan masyarakat Tolikara jalan seperti biasa. Tolikara aman Papua aman. Untuk follow up lebih jauh kami percayakan kepada Presiden agar percayakan kepada kami akan tangani masalah ini sampai selesai," katanya.
Ia juga mengharapkan semua pihak mendoakan dan mendukung semua langkah perbaikan di Tolikara.
Presiden, menurut Pendeta Lipiyus juga menyampaikan sejumlah pesan.
"Tetap jaga keamanan dan situasi dan terima kasih kepada masyarakat Papua dan tokoh adat Papua di mana tanggapi (masalah ini-red) dengan serius," katanya.
Dalam kesempatan itu, ia juga menegaskan bahwa tidak ada pihak luar yang terlibat, karena insiden yang terjadi pekan lalu lebih pada kurangnya komunikasi antar berbagai pihak. (iy)