JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Sejak pertama kali Nazaruddin ‘menyanyi’ tentang dugaan korupsi Anas Urbaningrum, berbagai ramai-ramai langsung menyerang Anas. Meski baru berbentuk tuduhan dari Nazar, namun media seakan sudah langsung memvonis Anas, bahkan melebihi anak Susilo Bambang Yudhoyono, yakni Edhie Baskoro Yudhoyono, yang juga juga kerap ‘dinyanyikan’ Nazar sebagai koruptor.
Pengamat politik Muhammad Nasih berpendapat, apa yang terjadi terhadap Anas Urbaningrum (AU) memang aneh. Sebab hingga divonis, tidak ada bukti sama sekali AU terlibat Hambalang. Padahal yang menyebabkan Anas jadi tersangka adalah Hambalang.
Baca juga :Benarkan Mahfud MD, Pengamat Ini Akui Kasus Anas Memang Sarat Rekayasa
"Itu kecerobohan fatal KPK, dan yg dijadikan oleh media untuk menghabisi AU adalah Hambalang, Padahal, dalam konteks Hambalang itu, fakta menyatakan bahwa AU tidak terlibat. Itulah sebabnya AU berani menyatakan "gantung di Monas"," kata Nasih kepada TeropongSenayan, Minggu (2/8/2015).
Selain itu, Nasih juga menyayangkan sikap beberapa media yang cenderung memojokkan AU dalam pemberitaannya."Menurut saya, media itu telah dibeli oleh lawan politik Anas. Juga ada politisi yang memiliki kepentingan maju dalam Pilpres, atau ingin calon lain.Tidak usah saya sebut dong medianya. Cukup saya bilang "media yang mengulang-ulang" itu saja," jelasnya.
Sementara Ibas yang disebut-sebut santer tetap aman sampai saat ini. “Ayo media mesti berani melakukan investigasi. Lakukan jurnalistik investigatif,” tantangnya.
Saat ditanya media apa yang ia maksud, Nasih enggan membeberkannya lebih detil, karena enggan berurusan dengan persoalan hukum.
"Saya tidak menyebut, bukan berarti saya tidak punya data. Namun, saya malas untuk berurusan dengan hukum di Indonesia. Buang tenaga. Jadi, cukup bilang begitu. Soal dikira fitnah, orang yg cerdas dan tidak akan begitu. Kalau saya sebut medianya, nanti malah saya disebut tidak cerdas,” ujarnya.
“Soal media punya agenda setting dan itu juga ada motif uang, ente pasti lebih tahu, dan ada juga media yang ingin mengarahkan saya sesuai dengan kepentingan tertentu. Namun, alhamdulillah saya tolak jika tidak sesuai dengan idealisme saya.Saya pernah mengalami itu. Untungnya, yang diinginkan itu sesuai dgengan fakta ilmiah yang saya punya," ungkapnya. (iy/b2)