JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Pengamat politik dari Monash Institute, Mohamad Nasih menilai bahwa DPR, DPD dan MPR belum bisa berbuat optimal sebagai lembaga untuk menjalankan fungsi kontrol yang efektif dan efisien.
Hal tersebut diungkapkannya terkait satu tahun perjalanan lembaga wakil rakyat dalam melakukan kinerjanya.
"Itu disebabkan pragmatisme parpol yang berkecenderungan untuk sekedar berkuasa. Akibatnya, kekuatan DPR khususnya menjadi terbelah dan sering kali menyebabkan penguasa eksekutif menjadi jauh lebih kuat, bukan karena lembaga ini benar-benar kuat, tetapi karena DPR-nya kehilangan energi yg mestinya ada," tandas kepada TeropongSenayan di Jakarta, Jumat (2/10/2015).
Sementara itu, adapun keberadaan lembaga perwakilan daerah yang juga lembaga representasi rakyat belum terlihat kinerjanya secara nyata.
"DPD masih nyaris bisa dikatakan "wujuduhu ka'adamihi", keberadaannya sama dengan ketiadaannya. Tidak ada hal-hal signifikan yang telah dilakukan oleh DPD. DPD tidak memiliki kekuasaan yang cukup, dan dalam keadaan begitu tidak memiliki kreativitas untuk mendorong kebijakan-kebijakan yang benar-benar dibutuhkan oleh daerah," sindirnya.
Sedangkan MPR, sambung dia, sesungguhnya merupakan cerminan dari kedua lembaga tersebut.
"Jika keduanya memble, maka MPR-nya juga akan demikian pula," tandas dia.
Nasih beranggapan bahwa jebloknya kinerja para wakil rakyat tersebut tidak terlepas dari kepribadian wakil rakyat itu sendiri dan tidak terlepas pula dari kesalahan partai politik dalam melakukan perekrutan kader.
"Didominasi oleh orang-orang berkualitas medioker. Ya. Parpol tidak melakukan pendidikan politik dengan serius, baik kepada anggota dan kadernya sendiri, maupun apalagi kepada rakyat. Akibatnya, kualitasnya masih jauh dari harapan. Rakyat sangat mudah dibodohi," pungkasnya. (iy)