JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Meski pemerintah telah memutuskan Blok Mahakam jatuh ke tangan Pertamina setelah kontraknya dikelola Total EP berakhir 2017, namun masih banyak gangguan. Lapangan gas di Kalimantan Timur ini belum aman sepenuhnya di genggaman Pertamina.
"Saya dengar blok Mahakam masih belum aman meski sudah diputuskan akan diberikan kepada Pertamina," ujar Karyono Wibowo, Direktur Indonesia Public Institute (IPI) di Jakarta, Minggu (30/11/2014). Masih ada pihak lain yang ingin mengecilkan peran BUMN migas ini mengelola Blok Mahakam.
Terpilihnya direksi baru Pertamina dibawah pimpinan Dwi Soetjipto dinilai sebagai gelagat kurang bagus itu. Pasalnya, seperti diungkapkan Karyono, Dwi tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman bisnis migas. Ditambah lagi masuknya Arief Budiman yang berlatar belakang konsultan di McKinsey, makin tajam agenda asing masuk Pertamina.
Kekhawatiran ini juga diungkapkan oleh Binsar Effendi Hutabarat, Ketua Umum Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina. Binsar menuding Menteri ESDM justru yang memberikan opsi agar Pertamina kembali menggandeng Total EP dan Inpex Corp mengelola blok Mahakam.
"Ini aneh. Karena justru Total EP sendiri pernah mengatakan bahwa blok Mahakam kini isinya tinggal air! Tapi kenapa masih diberi peluang untuk ikut mengelola lagi?," ujar Binsar saat tampil dalam diskusi bersama Karyono. Binsar mengingatkan perusahaan asing sering merugikan kepentingan Indonesia dalam bisnis migas.
Untuk itulah Binsar, yang pernah mencetuskan Petisi Blok Mahakam Untuk Rakyat ini, menuntut agar Pertamina menjadi operator tunggal. "Tanpa perlu mengandeng Total EP dan Inpex Corp," tegasnya. Dia mempercayai blok Mahakam masih mengandung cadangan gas bumi yang besar.(ris)