Opini
Oleh FX Arief Poyuono (Ketua Umum FSP BUMN Bersatu) pada hari Rabu, 15 Apr 2015 - 08:38:16 WIB
Bagikan Berita ini :

Buruh dan Petani Tebu Tolak Impor Gula Rafinasi

46Arief Poyuono (ist).jpg
Arief Poyuono (Sumber foto : Istimewa)

Tidak ada jaminan gula rafinasi tidak akan berhamburan di pasar-pasar. Omong kosong saja omongan Menteri BUMN untuk menjamin gula rafinasi tidak merembes ke pasar.

Sebab ada keanehan pilihan waktu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk melakukan impor gula rafinasi dengan alasan untuk menjaga buffer stock gula nasional, yaitu saat terjadi musim panen petani tebu dan masa giling tebu petani sehingga kebijakan impor gula jelas-jelas ingin menghancurkan harga jual gula yang diproduksi pabrik gula nasional.

Patut diduga impor gula rafinasi oleh pemerintah hanya akal-akalan para mafia-mafia impor gula untuk mencari keuntungan besar dengan mengorbankan petani dan buruh-buruh perkebunan gula dan pabrik gula.

Akibat Kebijakan impor gula rafinasi yang merembes ke pasar yang selama ini terjadi banyak memberikan efek negatif, dengan banyaknya pabrik gula yang tutup dibarengi PHK besar-besaran serta petani tebu yang terjerat hutang akibat jatuhnya harga jual tebu.

Apalagi janji Jokowi yang pernah dilontarkan dihadapan petani tebu ketika kampanye yang akan melarang impor gula rafinasi, justru saat ini para Menteri Jokowi ingin membuat Jokowi jadi pembual dihadapan para petani tebu dengan menambahkan izin impor gula rafinasi kepada perusahaan gula rafinasi yang tadinya hanya empat yang diizinkan impor, sekarang bertambah puluhan pabrik gula rafinasi impor. Dengan begitu makin jauh saja cita-cita Trisakti untuk membangun ketahanan pangan nasional.

Banyak pelanggaran yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dengan membiarkan pabrik gula rafinasi yang jumlahnya makin bertambah yang melanggar peraturan dengan tidak membangun perkebunan tebu sesuai persyaratan izin impor gula rafinasi.

Karena itu, buruh dan petani harus turun ke jalan untuk menolak impor gula rafinasi dan terus melakukan sweeping gula rafinasi yang rembes ke pasar dan menyitanya untuk dibuang ke sungai, karena janji Menteri BUMN tidak ada jaminan yang jelas gula rafinasi tidak rembes ke pasar.

Jokowi harus membatalkan impor gula rafinasi jika memang konsisten dengan janjinya dan jangan mau dibohongi para menterinya yang di belakangnya sebenarnya hanya untuk kepentingan para mafia impor gula. Para mafia impor gula tersebut diduga juga menyetor pada oknum oknum menteri yang berhubungan dengan izin impor gula rafinasi.

Kepolisian dan TNI jika ingin dianggap berpihak kepada rakyat dan negara harus turun ke pasar-pasar untuk melakukan sweeping terhadap gula rafinasi yang telah merugikan petani dan buruh.(yn)

TeropongRakyat adalah media warga. Setiap opini/berita di TeropongRakyat menjadi tanggung jawab Penulis.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #gula rafinasi  #petani gula  #arief poyuono  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Runtuhnya Mitos Kependekaran Politik Jokowi

Oleh Oleh: Saiful Huda Ems (Advokat, Jurnalis dan Aktivis 1998)
pada hari Jumat, 22 Nov 2024
Ternyata lebih cepat dari yang banyak orang perkirakan, bahwa kependekaran semu politik Jokowi akan tamat  riwayatnya di akhir Tahun 2024 ini. Jokowi yang sebelumnya seperti Pendekar Politik ...
Opini

Selamat Datang di Negeri Para Bandit

Banyak kebijakan ekonomi dan sosial Jokowi selama menjabat Presiden sangat lalim, sangat jahat, sangat kejam, khususnya terhadap kelompok masyarakat berpendapat menengah bawah.  Kejahatan ...