Opini
Oleh La Ode Ida pada hari Senin, 07 Sep 2015 - 11:52:57 WIB
Bagikan Berita ini :

Jokowi-JK Mulai Retak?

9080e3e778e7b0003f4b7e0051f76bfe9c1ea46d5b.jpg
Kolom Makan Siang Bareng La Ode Ida (Sumber foto : Ilustrasi/TeropongSenayan)

Fenomena berseberangannya Presiden Jokowi dengan Wapres JK tampaknya kian terbuka. Hari ini, misalnya, sebuah koran di ibukota jadikan isu itu sebagai headline -- tegas jadikan kedua figur di pucuk pimpinan negara itu berseberangan. 

Benarkah sedemikian parah? Tak jelas. Yang pasti gambaran ketidakakuran ditunjukkan oleh sejumlah pemberitaan. Yang terakhir terkait dengan penggeseran posisi Budi Waseso (Buwas) dari Kabareskrim ke BNN.

Konon peristiwa tersebut dampak dari kasus penggeledahan kantor PT Pelindo II termasuk ruang kerja RJ Lino, Direktur Utama BUMN ini. Pak JK ternyata menelpon langsung Buwas untuk tak melakukan itu. Dan, anehnya, konon JK mengingatkan Buwas agar tak menghukum kebijakan korporasi sebagai kasus korupsi. 

Wah..., kalau ini benar, maka terasakan memang agak janggal sikap JK itu. Karena bagaimana mungkin melarang untuk persoalan kebijakan korporasi, kalo ternyata itu merupakan kebijakan koruptif. 

Sikap dan posisi JK seperti itu, apalagi berdampak pada tersingkirnya Komjen Buwas yang menjadi Kabareskrim POLRI, kemudian menjadikan JK kian tersudut. Bahkan Ketum PDIP Megawati, konon, tersinggung dengan sikap JK itu.

Fatalnya juga, sikap JK itu menjadikan publik curiga bahwa ia punya kepentingan pribadi dan kelompok bisnis terhadap PT Pelindo II dan RJ Lino, sehingga harus vulgar membela Lino lalu menyingkirkan Buwas. 

Pihak POLRI niscaya juga tersinggung karena merasa secara langsung diintervensi oleh JK. Dan niscaya juga merasa dihambat dalam membangun citra 'berantas korupsi' melalui keberanian Komjen Buwas. Dan yang pasti, para penggiat dan aktivis anti korupsi akan kian melabel JK tak berpihak pada penciptaan pemerintahan yang bersih. 

Menurut saya yang paling fatal lagi adalah para politisi akan kian manfaatkan kasus ini untuk menyudutkan JK dan kelompoknya, akan dijauhkan dari Jokowi. Inilah risiko yang diterima oleh JK. 

Padahal JK sebenarnya tak boleh dipisahkan dari Jokowi, pasangan presiden/wapres yang sudah sebadan. Jika jujur diakui, tanpa mendahului putusan Tuhan, kalo bukan berpasangan dengan JK, belum tentu Jokowi terpilih sebagai presiden berhadapan dengan Prabowo-Hatta.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #Kolom  #Makan Siang  #la ode ida  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Runtuhnya Mitos Kependekaran Politik Jokowi

Oleh Oleh: Saiful Huda Ems (Advokat, Jurnalis dan Aktivis 1998)
pada hari Jumat, 22 Nov 2024
Ternyata lebih cepat dari yang banyak orang perkirakan, bahwa kependekaran semu politik Jokowi akan tamat  riwayatnya di akhir Tahun 2024 ini. Jokowi yang sebelumnya seperti Pendekar Politik ...
Opini

Selamat Datang di Negeri Para Bandit

Banyak kebijakan ekonomi dan sosial Jokowi selama menjabat Presiden sangat lalim, sangat jahat, sangat kejam, khususnya terhadap kelompok masyarakat berpendapat menengah bawah.  Kejahatan ...