PresidenKorea Selatan Park Geun-hye menunda kunjungan ke Amerika Serikat beberapa waktu lalu. Alasannya negaranya tengah dilanda virus mematikan Middle East Respiratory Syndrome (Mers).
Bung Karno, khabarnya dulu juga pernah membatalkan kepergiannya ke luar negeri lantaran di tanah air sedang terjadi kondisi yang membutuhkan perhatiannya. Apalagi jika hal itu langsung dengan kesulitan atau penderitaan rakyatnya.
Dua contoh di atas menunjukkan kualitas pemimpin. Berani dan tepat mengambil keputusan dengan segala resiko yang terjadi. Bahwa bagi pemimpin rakyat adalah segala-galanya untuk diberikan perhatian.
Apakah bencana kabut asap yang pekat di Kalimantan dan Sumatera masih belum termasuk kondisi yang genting? Ribuan rakyat tak bisa bernafas karenanya, sehingga harus dievakuasi dari tempat tinggalnya. Masihkan bukan merisaukan?
Tak perlu lagi berdebat panjang tentang status bencana asap. Apakah ditetapkan sebagai bencana nasional atau bukan. Sebab, apapun statusnya kebakaran hutan masih berkobar dan asap pekat berhembus makin meluas.
Rasanya, tak heran pula jika Presiden Jokowi tetap berangkat ke Amerika. Bagi kita itulah kualitas presiden. Sering gagal memahami masalah dan tak piawai mengambil keputusan. Termasuk membiarkan sebagian rakyatnya sesak bernafas.(*)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #sarapan pagi #kolom #ariady achmad