JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Ada aroma tak sedap di balik kunjungan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno bersama Dirut Bank Mandiri, BRI, dan BNI ke China. Hal itu dikemukakan Manajer Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Apung Widadi, Kamis (24/9/2015).
Diketahui, Menteri Rini dan bos-bos BUMN melakukan pelesiran beberapa waktu lalu ke China. Mereka mencari utang dari Bank Pembangunan China sebesar USD 3 miliar atau sekitarRp 43,28 triliun.
Namun Fitra menganggap utang yang dialokasikan untuk tiga bank BUMN tersebut aneh. Sebab ketiga bank tersebut masih dalam keadaan sehat secara finansial.
"Kalau kita bisa melihat neraca keuangan tiga perbankan itu, tidak defisit dan kemudian tiap tahun mendapat dana dari APBN. Nilai aset Bank Mandiri pun hampir Rp 1.000 triliun. Kemudian, BRI dan BNI juga sangat kuat di daerah-daerah Indonesia," ujarnya.
Menurutnya, utang itu terkesan dipaksakan. Semua demi kerja sama proyek kereta super cepat dengan China.
"Apakah sebenarnya mereka itu kekurangan modal, misalnya? Apakah misalnya ketika argumentasinya bahwa itu untuk membiaya infrastruktur yang akan didorong melalui proyek Jokowi," jelas dia.
Oleh karenanya, Fitra meminta Presiden Jokowi membatalkan perjanjian utang antara Bank BUMN Nasional dengan China. Sebab, kerja sama tersebut bisa berujung campur tangan asing di perbankan nasional, khususnya BUMN. Hal itu dinilai Fitra juga berpotensi berujung pada privatisasi. (iy)