Dolar AS (USD) hari ini sudah menembus angka kisaran Rp 15 ribu per USD. Capaian depresiasi nilai tukar rupiah ini merupakan prestasi terburuk setelah jatuhnya Presiden Soeharto.
Kali ini pun belum menunjukkan tanda-tanda penguatannya, bahkan diperkirakan akan terus melemah dan bisa mencapai angka Rp 17 ribu per USD dalam beberapa bulan mendatang.
Entahlah, hanya para ekonom yang barangkali bisa menjawabnya. Terhadap kendenderungan ini, seorang teman bertanya pada saya: kenapa hal ini terjadi? Apa usaha pemerintah sekarang?
Bahkan ada beberapa orang yang sudah sangat gelisah, karena krisis ini berekses negatif yang cukup signifikan di tingkat rakyat akar rumput, yakni bertambahnya angka kemiskinan.
Apalagi jika kita pakai standar Bank Dunia (pendapatan minimal 2 USD perhari perorang), plus bertambahnya pengangguran akibat kebijakan PHK dari sejumlah perusahaan yang tak terhindarkan.
Saya tak bisa jawab secara pasti tentang pertanyaan di atas. Saya hanya beranalogi sederhana: "jika akan dihargai pihak lain, maka niscaya akan selalu diupayakan untuk diberi posisi yang bergengsi. Sebaliknya, jika diremehkan maka akan dibiarkan atau diterlantarkan begitu saja, yang berarti harga Anda sangat rendah di mata dan hati pihak lain".
Begitukah? Ya. Maka, dalam konteks ini, bangsa ini sangat rendah nilainya di mata bangsa-bangsa lain di dunia. Ya.., mungkin karena terkenal korupnya, atau para oknum penyelenggaranya.
Atau, karena ulah sebagian pemimpin bangsa ini yang terkesan "mengobral negara ini, SDA dan SDM-nya, kepada kapitalis internasional di luar negeri". Karena ini bisa berarti pula bahwa para pemimpin di negeri ini tak percaya diri, tak percaya kalau SDA dalam negeri, sehingga harus obral pada pihak lain di luar.
Maka, jangan pernah bermimpi untuk diapresiasi oleh pihak luar kalau para pemimpin bangsa ini tak lagi percaya pada warga bangsa sendiri.
Tapi di sini pula hebatnya Presiden Jokowi, meski rupiah terus melemah dengan ekses soseknya, namun gejolak sosial tak muncul seperti 1998 lalu. Mengapa seperti ini? Jawabnya, karena mungkin semua elemen bangsa yang kritis sudah terkooptasi.(*)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #Kolom #Makan Siang #la ode ida