Diam-diam gejolak dalam tubuh Partai Golkar semakin menghangat. Namun, inilah suasana dinamika partai yang memang memiliki kadar egaliter dan kehidupan demokratis yang sudah tergolong matang.
Generasi Akbar Tandjung, Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie maupun Agung Laksono harus rela dan segera menyerahkan estafet kepemimpinan kepada generasi dibawahnya. Usia dan perkembangan jaman tak mampu mereka lawan.
Kini faksionalisasi dalam tubuh partai Beringin mulai menampakkan bentuk. Ada faksi Setya Novanto dengan pendukung utama seperti Azis Syamsudin, Roem Kono, dsbnya.
Kemudian, faksi Ade Komarudin dengan pendukung utama Bambang Soesatyo, Firman Soebagyo, M Misbhakun dsbnya. Ada pula faksi Airlangga Hartarto dengan pendukung utama Fayakhun Andriadi dsbnya.
Diluar itu semua masih ada pula tokoh-tokoh muda Partai Golkar yang tengah mencoba membangun dukungan seperti Agus Gumiwang Kartasasmita, Zainudin Amali, Agun Gunandjar Sudarsa dsbnya.
Faksi-faksi itulah yang kini menunggu dan akan menerima tongkat estafet kepemimpinan Partai Golkar. Apapun putusan Mahkamah Agung atas sengketa kubu Munas Bali dengan kubu Munas Ancol, faksi-faksi itu siap memasuki gelanggang.
Faksionalisasi Partai Golkar adalah suatu keniscayaan. Ini justru menunjukkan kaderisasi Partai Golkar tak pernah berhenti. Benturan dialektika dan pemikiran dalam tubuh partai ini adalah lahan subur munculnya tokoh-tokoh baru.
Partai Golkar menjadi salah satu partai yang mampu membebaskan diri dari ketergantungan pada seseorang sosok atau pemimpin. Seperti sering dikatakan banyak pengamat tak ada pemegang saham mayoritas dalam Partai Golkar.
Inilah kekuatan sekaligus kelemahan Partai Golkar. Seperti sudah terbukti, partai ini menjadi solid saat menghadapi gempuran hebat diawal reformasi.Sebaliknya saat ini rapuh dan goyah akibat konflik internal akibat campur tangan dari luar.
Semua ini menjadi pelajaran berharga bagi kaum muda Partai Golkar. Apalagi, mereka nantinya tak hanya mengelola partai yang telah membesarkannya. Namun juga sekaligus ikut merawat dan menjaga NKRI. Sebab, Partai Golkar ada untuk NKRI.(*)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #sarapan pagi #kolom #ariady achmad