Asap dan politik ternyata tak berjauhan. Bahkan kadang sering beekerja sama, saling berkolaborasi, saling berkongsi maupun saling memahami. Asap dan politik setidaknya sama-sama tak mudah dipegang dalam arti yang sesungguhnya. Nah lho.
Mari tengok bersama. Asap pekat berbulan-bulan akibat kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan tak jelas pelakunya. Padahal ribuan orang harus menderita akibatnya. Bahkan hingga negara tetangga sengsaranya.
Berkali-kali pemimpin negeri ini blusukan di ladang pembakaran hutan tak lebih mendapatkan arang dan bara serta gambaran buram pekatnya asap. Politik negara tak mempan mengatasi asap. Entah sampai kapan.
Bagai asap pula kontroversi revisi UU KPK berhembus di gedung parlemen, Senayan, Jakarta. Langit politik seakan pekat akibat asap revisi undang-undang lembaga anti rasuah, namun belum jelas pula asal-usulnya.
Ada yang telah tanda tangan menyetujui revisi namun mengaku tak tahu menahu. Meski draf revisi berlogo lambang Kepresidenan namun belum juga ada konfirmasi kebenarannya. Persis seperti asap, susah dipegang meski jelas menyesakkan.
Tak beda dengan asap, politik juga kadang susah dipegang kendati berbalut semangat gegap gempita. Seperti asap pula, acap kali arah angin politik juga tak mudah ditebak. Mari mulai memasang masker...(*)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #sarapan pagi #kolom #ariady achmad