JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menilai, Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 yang diajukan oleh pemerintah tidak realistis. Terutama jika dihadapkan pada perkembangan nyata ekonomi makro yang sebenarnya.
Semisal dalam menetapkan angka pertumbuhan ekonomi yang ada di RAPBN 2016 sebesar 5,5 persen dan laju inflasi sebesar 4,7 persen (tahun ketahun/years of years) maupun angka nilai tukar rupiah yang dipatok Rp 13.400 per dolar Amerika. Belum lagi asumsi dasar harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia yang dipatok sebesar USD 60/barel, dengan lifting minyak 830 ribu barel/hari.
"Bukan saja para ahli ekonomi makro, publik secara Umum pun mengetahui persis bahwa angka-angka tersebut tidaklah mengambarkan keadaan sebenarnya. Seperti nilai tukar rupiah, meski sempat kembali menguat, namun hari ini nilai tukar masih bartengger di angka Rp 13.500 per dolar," kata Yusril di markas besar PBB, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (26/10/2015).
Yusril juga meminta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menolak RAPBN 2016 yang diajukan oleh pemerintahan Jokowi/JK yang dalam waktu dekat ini akan dibawa ke sidang Paripurna.
"Kami minta DPR agar kritis kalau perlu DPR menolak RAPBN yang diajukan oleh pemerintah," tantang Yusril.
Bahkan dirinya ingin melihat sikap Presiden Jokowi jika DPR benar-benar menolak usulan pemerintah tersebut. Karena Yusril kembali mengingatkan, pada era Presiden Soekarno, DPR dibubarkan karena menolak RAPBN yang diajukan pemerintahan pada masa Bung Karno.
"Saya mau lihat sikap Jokowi, apakah akan mencontohkan pada masa Bung Karno yang bubarkan DPR karena menolak RAPBN," ucapnya.(yn)