Opini
Oleh agus eko cahyono pada hari Jumat, 14 Nov 2014 - 17:10:25 WIB
Bagikan Berita ini :
Masyarakat Jadi Bingung

Kartu Sakti Jokowi Cenderung Politis

27Kartu 001.jpg
Siti Napasiah, Kajur Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah (Sumber foto : Teropong Senayan/Mulkan Salmun)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Kartu sakti Jokowi, yang berjenis KIS, KIP dan KKS lebih bernuansa politis ketimbang aspek pemberdayaan masyarakat.
"Saya melihat ini lebih politis, karena peluncuran kartu ini bersamaan dengan akan dinaikkannya harga BBM,” kata Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN Syahid), Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, kepada TeropongSenayan di Jakarta, Jumat, (14/11/2014).

Seharusnya, kata dosen UIN ini, sebelum peluncuran tiga "kartu sakti" tersebut ada sosialisasi terlebih dahulu. "Ini tanpa sosialisasi, masyarakat jadi bingung dengan kartu sakti ini. Karena sebelumnya sudah ada BPJS Kesehatan, Jamkesmas, Askes, dan lain-lain," ungkap dia.

Menurut Nafsiah, pemerintah harus menjelaskan secara gamblang program kartu sakti tersebut. Sebab, negara mempunyai tiga kewajiban utama yaitu masyarakat yang sehat, sejahtera dan pintar. "Jadi, memang peluncuran kartu sakti itu tergesa-gesa, nyaris tak ada koordinasi di internal pemerintah sendiri, sehingga jawabannya kepada masyarakat berbeda-beda,” ujarnya.

Nafsiah menjelaskan seharusnya masyarakat menerima informasi sebelum mengetahui segala hak-hak dan konsekuensinya. Namun dengan kartu sakti itu pemerintah justru menciptakan ketergantungan, karena sifatnya langsung tunai (cash). Sama halnya dengan BLT, hanya ganti nama. "Jadi, tidak ada unsur pemberdayaan, tak ada edukasi, tak ada impowerment. Tapi, kalau pemerintah yakin kartu sakti itu baik, maka pemerintah harus konsisten, dan bukannya untuk menutupi isu kenaikan harga BBM,” tambahnya.

Lembaga penyelenggara kartu sakti itu, kata Nafsiah, juga harus bertanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah jangan sampai anti kritik. "Kalau memang baik, ya harus dilanjutkan dengan melakukan sosialisasi, edukasi, dan sebisa mungkin ada pemberdayaan, agar tidak membingungkan masyarakat,” pungkasnya. (ec)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #KIP  #KIS  #KKS  #DPD  #Jokowi  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
thejoint
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Hutang Kereta Cepat: Warisan Jokowi yang Menguras Kantong Anak Cucu

Oleh Didi Irawadi Syamsuddin, S.H., LL.M. Lawyer, Writer, Politician
pada hari Kamis, 16 Okt 2025
Indonesia akhirnya punya kereta cepat. Tapi sayangnya, yang cepat bukan cuma lajunya — juga pembengkakan biayanya, utangnya, dan klaim keberhasilannya. Dari proyek yang dijanjikan tanpa beban ...
Opini

Menjaga Keberadaban Media di Era Kebebasan: Suara Santri untuk Negeri

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Dalam beberapa hari terakhir, publik digemparkan oleh tayangan Xpose Uncensored di salah satu stasiun televisi nasional, Trans7. Tayangan tersebut menyinggung santri dan ...