JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Wakil Ketua Bidang Data dan Saksi Tim Pemenangan Anies-Sandi, Ahmad Sulhy menanggapi santai unjuk rasa yang digelar belasan ibu-ibu di depan Posko Pemenangan Anies-Sandi, Jalan Cicurug Nomor 6, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (22/3/2017).
Menurut Sulhy, tidak sulit untuk menyimpulkan bahwa unjuk rasa tersebut adalah cara-cara kotor yang digerakkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Sebab, kata Sulhy, saat diajak berdialog para pengunjuk rasa mengaku dibayar Rp. 50 ribu per/orang. Anehnya lagi, ibu-ibu tersebut malah tidak memahami persoalan Kartu Jakarta Pintar (KJP) sebagai isu aksi yang mereka usung.
"Kami sempat interogasi beberapa pengunjuk rasa, mereka ngakunya lagi berdagang tiba-tiba diajak seseorang untuk demo, masing-masing dibayar Rp. 50 ribu" kata Sulhy di Posko Pemenangan Anies-Sandi, Kamis (23/3/2017) malam.
Lucunya lagi, lanjut Sulhy, saat para pengunjuk rasa ditawarkan masuk untuk berdiskusi, mereka tidak bersedia dan malah lari tunggang langgang.
"Kami tadinya mau menjelaskan bahwa isu penghapusan KJP oleh Anies-Sandi itu tidak benar. Yang benar KJP akan ditambah jangkauan dan fasilitasnya, seperti dicairkan tunai dan bisa digunakan masuk Museum/Ancol gratis. Nanti namanya KJP Plus," ujar Sulhy.
Meski begitu, Sulhy mengaku tidak heran dengan adanya 'aksi lucu-lucuan' tersebut.Sebab, akhir-akhir ini Paslon nomor 3 banyak diunggulkan oleh lembaga survei.
"Makanya, kami tidak heran banyak gerakan aneh termasuk kampanye hitam di Medsos untuk mendiskreditkan paslon jagoan kami," katanya.
"Inilah yang sejak awal saya sebut tanda-tanda kemenangan semakin dekat. Rangkaian ekspresi kepanikan mereka kian frontal karena merasa tidak mungkin lagi bertanding secara fair play melalui adu program, ide dan gagasan," ungkap eks aktivis HMI itu.(plt)