Opini
Oleh Indra J Piliang pada hari Minggu, 12 Apr 2015 - 20:13:35 WIB
Bagikan Berita ini :

Relawan Pada Pemilu 2019 Diprediksi Menyusut

28Indra Piliang.jpeg
Indra J Piliang (Sumber foto : twitter.com)

Keindonesiaan punya akar yang dalam, pada kurang lebih 1.000 etnis. Dengan ragam lingua franca. Yang pelan atau cepat juga hilang. Runtuhnya bahasa. Jalan keindonesiaan adalah jalan multisuku, jalan multietnis, jalan multibahasa, jalan setapak yang tak semua licin, sering berbelukar dan berbatu.

Keindonesiaan bukanlah tusuk sate peradaban. Keindonesiaan terdiri dari kesatuan-kesatuan otonom dengan mitologi lokalnya masing-maisng. Sampai skala puluhan.Keindonesiaan adalah paku kecil, paku sedang, paku besar, dengan pasak-pasak kayu dan pasak-pasak batu, tidak semua dari rangka baja. Tapak kaki para penjelajah awallah yang memberi tempat untuk hadirnya cerita keindonesiaan. Dari yang menelusuri pantai hingga hutan dan gunung.

Keindonesiaan itu ada, walau belum tentu hadir. Keindonesiaan yang dianyam dengan bilah bambu, daun pandan, dilindungi pucuk kelapa dan batu akik. Indonesia bukan hanya dihubungkan pesawat, SMS, BBM, WA tapi juga kereta, bendi, pedati, kapal, perahu, juga mereka yang berjalan kaki, di semua lini.

Ikatan partai terhadap Indonesia itu lemah, lebih lemah dari ikatan sapu lidi. Party Identification hanya 16an %. Untuk semua partai. Partai jangan jadi megaloman. 84% org Indonesia itu independen, tanpa afiliasi kepartaian. Sebagian dari angka itu malah anti partai. Partai itu hanya Batman.

Aktivitas kepartaian baru meningkat jelang pemilu. Party Id naik, tapi tidak signifikan. Model koalisi-koalisian makin menenggelamkan partai.Bu Mega pintar dengan memainkan identitas kepartaian, jauh-jauh hari jelang pemilu dan pilpres serentak (tanpa koalisi lagi) pada 2019.

Pemilu dan Pilpres serentak 2019, artinya digelar pada waktu yang sama. Party Identification mempengaruhi preferensi figur. Begitupun sebaliknya.Partai-partai yang terlambat membangun party id, bakal hadapi dilema besar dalam menghadapi pemilu dan Pilpres 2019. Di sini pesan Bu Mega jadi penting.

Pemilu dan Pilpres 2019 berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya : 2004, 2009 dan 2014. Capres hanya andalkan mesin partai. Koalisi bakal hilang.Setiap partai harus menyiapkan capres-cawapresnya, setiap capres-cawapres harus mempersiapkan partainya. Serentak, dalam satu waktu.

Hanya satu pemilu dan satu pilpres pd 2019. Dalam satu waktu. Tidak ada lagi April, Juli dan September. Inilah hakikat serentak itu.Aturan permainan sudah berubah, strategi dan taktik juga penting untuk diubah. Di sinilah Bu Mega menunjukkan kualitas pengetahuannya.

Bagi partai-partai yang masih andalkan keroyokan, bakal saling tikam pada pemilu dan pilpres serentak 2019. Semua partai jadi lawan. Tak ada kawan.Aneh, kalau ada partai yang mengusung Capres-Cawapres lain pada 2019, karena sama saja dengan menghancurkan suara partainya sendiri pada hari yang sama.

Pilpres dan Pemilu 2019 adalah kembar siam partai dan tokoh partai. Berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya. Pemilih independen mengecil. Survei-survei pilpres bakal lebih banyak melihat seberapa banyak pemilih partai X memilih Capres Y pada hari Pemilu & Pilpres 2019 digelar. Atau sebaliknya 2019 adalah titik pertemuan sistem Pemilu dan Pilpres Indonesia makin berdempet dengan sistem di USA. Kecuali pemilu selanya.Analis-analisis yang terbiasa menganalisis ucapan dalam pidato Bu Mega, tapi abai membaca perubahan pada sistem dan waktu pemilu dan pilpres, bakal kecele.

Apalagi hanya analis-analis yang jadi spin doctor, bakal kelabakan menempatkan analisisnya ketika kalender pemilu dan pilpres serentak 2019 berjalan.Contoh kecil: setiap caleg dalam Pemilu 2019 bakal wajib menaruh foto pasangan capres dan cawapres yang diusung partainya. Bakal ada dua panggung dalam 2019 : Pileg dan Pilpres. Di atas panggung itu, partai memainkan kartu caleg dan kartu capres sekaligus. Pada waktu Daftar Caleg Sementara (DCS) diserahkan ke KPU dan KPUD, hari yang sama Daptar Capres Cawapres Sementara diserahkan. Timses menyatu dalam dua skema kerja.

Kehadiran relawan bakal minimal pada 2019. Apalagi relawan yang anti partai. Bakal diskakmat oleh ideolog-ideolog partai. Cek ideologis bakal dominan. Tim Warna Warni bakal hilang, dengan beragam jaket, di sekeliling Capres/Cawapres. Tim Debat masing2 partai sekaligus Tim Debat Capres/Cawapres. Partai tanpa figur, figur tanpa partai, bakal sama-sama nelangsanya. Sulit dari sisi elektabilitas dan sekaligus persyaratan.

Titik didih politik jelang 2019 itu yg terbesar adalah apakah Presiden maju lagi dan maju dengan partai apa? Spekulasi kan sudah muncul tuh. Bisa lebih, bisa kurang Pileg & pilpres 2019 bakal ramai dengan 10 pasang capres/cawapres dari masing-masing parpol. So? Bu Mega sudah kasih warning yang visioner. Itu bagi yang membaca pidatonya dengan naskah perubahan dalam sistem pemilu dan pilpres 2019. Dari twitter @IndraJPiliang

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #Kisruh Partai Golkar  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Runtuhnya Mitos Kependekaran Politik Jokowi

Oleh Oleh: Saiful Huda Ems (Advokat, Jurnalis dan Aktivis 1998)
pada hari Jumat, 22 Nov 2024
Ternyata lebih cepat dari yang banyak orang perkirakan, bahwa kependekaran semu politik Jokowi akan tamat  riwayatnya di akhir Tahun 2024 ini. Jokowi yang sebelumnya seperti Pendekar Politik ...
Opini

Selamat Datang di Negeri Para Bandit

Banyak kebijakan ekonomi dan sosial Jokowi selama menjabat Presiden sangat lalim, sangat jahat, sangat kejam, khususnya terhadap kelompok masyarakat berpendapat menengah bawah.  Kejahatan ...