JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Anggota Komisi V DPR RI Bambang Haryo Soekartono kecewa terhadap pembangunan Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat. Anggaran sebesar Rp3 triliun untuk membangun bandara ini pun dinilai sia-sia.
Kekecewaan Bambang dipicu oleh trafik penerbangan, harga tiket, serta fasilitas dan daya dukung bandara.
Dia menyebut, tarif penerbangan dari Jogjakarta ke Bandara Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, tidak masuk akal. Sebab, biaya terendah untuk penerbangan tersebut di angka Rp 3 juta, dan penerbangan termahalnya menyentuh angka Rp 5 juta.
Rendahnya intensitas penerbangan di Kertajati juga menjadi catatan Bambang terhadap Pemerintah tentang program infrastruktur yang konsep matang.
"Anggaran Rp 3 triliun untuk membangun bandara ini menjadi sia-sia," kata Bambang di Jakarta, Senin (4/2/2019).
Lebih jauh, Wakil Ketua DPD Partai Gerindra, Jawa Timur ini menilai, kapasitas Bandara Kertajati bila dibandingkan dengan sejumlah bandara lain di Indonesia sangat jauh berbeda.
Dia menyebutkan, parking stand Kertajati hanya bisa untuk 10 pesawat. Sangat jauh dari idealnya sebuah bandara besar. Bambang lalu mencontohkan, bandara di Yogyakarta memiliki kapasitas parking stand 22. Di bandara lainnya seperti Surabaya 44, Balikpapan 18, Semarang 16, Makassar 37, dan Cengkareng 106.
Pada sisi volume penumpang di Kertajati hanya 5 juta per tahun. Sementara di Balikpapan bisa mencapai 15 juta per tahun. Begitu juga di Surabaya bisa 40 juta per tahun, Semarang 6,5 juta, dan Cengkareng 60 juta. Kertajati juga belum memiliki terminal cargo hingga kini.
"Belum lagi fasilitas garbarata Kertajati hanya empat. Bandara internasional di Cengkareng punya 67 garbarata. Idealnya, sebuah bandara besar kelas internasional harus memiliki setidaknya 50 parking stand," jelasnya.
Bambang menambahkan, instrumen landing system di Bandara Kertajati belum di-install. Padahal penting, karena terkait keselamatan penumpang dan penerbangan. Selain itu, x-ray masih menggunakan milik Bandara Soetta.
"Ini adalah satu penipuan yang dilakukan pemerintah dalam menginformasikan bahwa bandara ini adalah bandara terbesar," ujarnya.
Menurut Bambang, penempatan X-Ray di Bandara Kertajati masih asal-asalan. Sebab, tidak ada sterilisasi, termasuk juga sistem pemadaman kebakaran.
Padahal, kata politisi Gerindra ini, Bandara Kertajati ini dibangun diatas lahan Produktif sekitar 2.000 hektare, dan pada saat itu rakyat berdarah-darah mempertahankan tanahnya, namun sekarang tidak dipakai.
"Maka itu KPK dan BPK, kita minta melakukan penajaman untuk melakukan pemeriksaan anggaran uang rakyat yang dipakai tidak dalam skala prioritas," katanya menegaskan. (plt)