JAKARTA(TEROPONGSENAYAN)--Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, menyebut Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta minim penandaan dan informasi. Hal itu, ia ketahui usai tim YLKI melakukan trial trip MRT Jakarta, pada Selasa (19/3/2019).
"Kemarin saya bersama tim YKLI trial trip, saya berangkat dari stasiun HI, dan berhenti sampai stasiun Lebakbulus," ujar Tulus kepada TeropongSenayan, Rabu (20/3/2019).
Dikatakan Tulus, secara umum MRT Jakarta sudah bagus, baik infrastruktur stasiun, kabin kereta, kualitas selama perjalanan, misalnya tidak berisik, dan kecepatan stabil. Kualitas pengereman juga nyaman, kereta berhenti di stasiun selama 30 detik, dengan headway 5 menit.
Selain itu, menurut Tulus, yang patut diapresiasi adalah, di semua ruang tunggu stasiun dilengkapi pintu pembatas yang bisa buka tutup secara otomatis, sebelum penumpang naik atau turun kereta.
"Dari sisi safety pintu pembatas ini sangat penting untuk menghindari adanya kecelakaan penumpang yang tersenggol atau tertabrak MRT, atau bahkan untuk aksi bunuh diri seperti di Jepang dan Korea," katanya.
Akan tetapi, Tulus kembali menjelaskan, bahwa ada beberapa catatan dan masukan untuk MRT Jakarta. Beberapa diantaranya yakni:
1. Masih sangat minim adanya penandaan yang memberikan informasi dan edukasi pada penumpang, baik penandaan di stasiun dan kabin kereta.
2. Di kabin kereta tidak ada penandataan sebagaimana penandaan di KRL Jabodetabek, seperti dilarang bersandar di depan pintu. Juga tidak ada penandaan dilarang makan dan minum di kereta atau di ruang tunggu. Di semua MRT dunia ada penandaan larangan makan dan minum.
3. Informasi, baik dengan suara atau tulisan, terkait buka tutup pintu kereta juga tidak ada, padahal ini sangat penting bagi konsumen, apalagi jika penumpangnya penuh sesak.
4. Tidak ada rak bagasi di kabin kereta. Jika merujuk pada KRL Jabodetabek maka ada rak bagasi, juga MRT di Jepang. Memang MRT di Singapura tidak pakai rak bagasi. Ketika hal ini saya konfirmasi ke humas MRT Jakarta, space rak bagasi akan dipakai untuk iklan. Iklan boleh tapi jangan mengurangi hak dan kenyamanan konsumen. Sehingga YLKI menyarankan rak bagasi tetap ada, walau mungkin tidak secara full.
5. Belum ada penandaan terkait peta yang menggambarkan rute dan jaringan MRT, baik di stasiun atau kabin kereta. Termasuk perlu adanya informasi rute jaringan angkutan umum sebagai pengumpan MRT, di masing-masing stasiun. Ini sangat penting agar konsumen tidak bingung mau naik apa, setelah turun dari MRT.
Oleh sebab itu, YLKI mengimbau agar pihak managemen MRT Jakarta segera melengkapi dengan penandaan yang lebih informatif. Menurutnya, MRT Jakarta harus menjadi sarana transformasi dalam bertransportasi, bukan hanya sekadar mengangkut penumpang secara masal.
"Informasi yang edukatif kepada konsumen sangat penting, untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat sebagai penumpang MRT. YLKI juga mendesak Gubernur DKI Jakarta dan Komisi C DPRD DKI segera menuntaskan pembahasan tarif MRT," paparnya.
Tulus juga menegaskan, bahwa sebulan setelah beroperasi YLKI akan melakukan monitoring atau survei untuk melihat kembali kualitas pelayanan dan keandalan MRF, termasuk kepatuhan terhadap regulasi.
"Ya misalnya soal kepatuhan terhadap Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan oleh Ditjen Perkeretaapian Kemenhub dan Dishub DKI Jakarta, baik SPM di stasiun atau SPM di dalam kereta," tegasnya.
Untuk diketahui, rencananya MRT Jakarta ini akan resmi dioperasikan pada 24/03/2019 mendatang. (Alf)