Opini
Oleh M Rizal Fadillah (Mantan Aktivis IMM) pada hari Selasa, 30 Apr 2019 - 12:29:05 WIB
Bagikan Berita ini :

Mahfud Blunder

tscom_news_photo_1556602145.jpg
Mahfud MD (Sumber foto : Ist)

Prof Mahfud kini mendapat kritik sana sini. Mulai dari blunder ucapan soal daerah keras pendukung Prabowo lalu apologia nya yang sampai nembak sejarah PRRI/Permesta dan DI/TII lah. Orang pintar memang tak mau kalah eh salah jadi terus berargumen yang makin bertahan makin ngawur argumennya. Blunder Prof. Serangan sampai menyentuh keprofesoran hingga status nya di Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) gaji seratus jutanya pun disinggung singgung.

Prof Mahfud lupa pada isu sensitif yang sedang dirasakan publik. Soal kecurangan dan pencurian suara Prabowo sebagai Capres. Lembaga penyelenggara Pemilu sedang disorot. Tiba-tiba menyodok daerah atau provinsi dimana Prabowo menang disebut sebagai daerah garis keras. Tentu menyinggung masyarakat khususnya daerah yang disebutnya seperti Aceh, Sumbar, Sumsel, Jabar dan lainnya. Bak La Nyalla yang telah menyinggung dan membuat marah masyarakat Madura. Rupanya Guru Besar kita ini salah ucap atau punya kepentingan atau ada yang "menyihir" sehingga memiliki pandangan yang kurang ajeg. Kegagalan menjadi Cawapres kah yang membuat galau. Wallahu a"lam.

Baiknya Pak Mahfud MD ini meminta maaf saja kepada masyarakat khususnya daerah yang disebut garis keras, karena itu juga sebenarnys menyinggung masyarakat daerah lainnya seolah menjadi daerah "garis lembek". Tidak ada pembagian daerah seperti itu. Setiap daerah memiliki keragaman pandangan. Karenanya sadari dan terima bahwa ucapan itu keliru atau blunder. Minta maaflah. Selesai. Bangsa dan rakyat kita baik kok asal kita jujur dan rendah hati. Jika sebaliknya tetap ngotot, maka tentu semut pun kalau diinjak bakal menggigit, bukan begitu Prof.

Moga para petinggi dan tokoh-tokoh masyarakat Indonesia mulai bebenah diri membangun karakter kenegarawanan. Tidak berbicara sompral yang mengabaikan martabat suku, daerah, atau agama. Situasi kini agak memanas karena isu kepemimpinan nasional. Kepemimpinan yang berspektrum luas pada kewibawaan dan kesatuan bangsa di masa depan. Kita sedang berada di simpang jalan. Pemimpin dan tokoh-tokoh harus semakin merapat pada aspirasi dan perasaan rakyat Indonesia. Jangan ikuti hawa nafsu dan kepentingan diri dan golongan semata.

Bandung, 29 April 2019 (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #mahfudmd  #pilpres-2019  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Transformasi Partai Politik: Usulan kepada Presiden Prabowo Subianto dan DPR

Oleh Kuldip Singh
pada hari Kamis, 09 Jan 2025
Salah satu aspek fundamental dalam sistem demokrasi adalah peran partai politik sebagai penjaga kepentingan publik. Namun, dalam praktiknya, banyak partai lebih berorientasi pada kepentingan elit ...
Opini

DENNY JA: SEORANG JENIUS MODERN ASAL INDONESIA

Merayakan 62 tahun usia Denny JA pada 4 Januari 2025, saya bertanya-tanya, apa judul paling tepat bagi biografinya? Jika saya menjadi penulis biografinya, judul di atas yang akan saya ...