Opini
Oleh La Ode Ida pada hari Selasa, 25 Agu 2015 - 15:21:46 WIB
Bagikan Berita ini :

Agenda Asing Menggusur Bahasa Indonesia

8080e3e778e7b0003f4b7e0051f76bfe9c1ea46d5b.jpg
Kolom Makan Siang Bareng La Ode Ida (Sumber foto : Ilustrasi/TeropongSenayan)

Jika benar Presiden Jokowi meminta agar persyaratan penggunaan bahasa Indonesia dihapus bagi pekerja asing maka sungguh sangat memprihatinkan.

Sebab kendati alasannya untuk kepentingan hadirnya investasi, namun kehendak politik itu bisa jadi bagian dari agenda terselubung bagi kelompok investor tertentu.

Lebih dari itu, bukan mustahil hal ini akan menjadi awal hancurnya identitas bangsa, di mana bahasa nasional merupakan simbol utamanya.

Di era Presiden Soeharto sendiri, di mana investasi asing cukup terbuka dan pesat, namun penggunaan bahasa Indonesia bagi pekerja asing tetap diberlakukan dan tak jadi kendala.

Yang secara nyata dikuatirkan adalah akan terus mengalirnya para pekerja asing tenaga kasar, khususnya dari negara Cina seperti yang sudah jadi satu fakta sekarang ini.

Ini artinya, kehendak itu sekaligus akan menyingkirkan atau meminggirkan para tenaga kerja pribumi yang sangat membludak tak terserap di Indonesia sekarang ini.

Padahal kehadiran investasi asing harusnya memberi manfaat besar secara ekonomi bagi tenaga kerja pribumi di negeri ini. Bukan sebaliknya malah menggusur tenaga kerja pribumi.

Selain itu, peniadaan kewajiban syarat bahasa Indonesia merupakan bagian dari ketiadaan penghargaan pemerintah terhadap bahasa ibu sendiri -- contoh kebijakan yang sungguh-sungguh melecehkan identitas.

Bahkan bukan mustahil ke depan para generasi muda merasa tak memerlukan bahasa Indonesia, sekaligus akan adanya tuntutan agar kurikulum bahasa Indonesia dihapuskan saja.

Pemimpin negara ini sebenarnya tak perlu terkesan begitu agungnya para investor asing sehingga harus menghilangkan identitas kebangsaannya yang sudah jadi bagian dari kewajiban konstitusi.

Negara ini adalah milik bangsa Indonesia, yakni suku-suku bangsa yang sejarah sosial budayanya berasal dari suatu tempat (pulau atau daerah) di dalam wilayah Nusantara.

Namun, kendati memiliki bahasa daerah masing-masing, namun mereka mau berkorban untuk menyatu dalam satu negara dengan satu bahasa nasional: bahasa Indonesia.

Sehingga, sekali lagi, rasanya aneh kalau yang terkesan "dituhankan" adalah para pendatang dengan membawa misi investasi.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #Kolom  #Makan Siang  #la ode ida  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Evaluasi Jampidsus Diperlukan: Dugaan Hilangnya Perkara Sugar Group dan Uang Suap Rp 920 Miliar.

Oleh Goldy Arsyi
pada hari Minggu, 23 Feb 2025
Jakarta, 21 Februari 2025 – Evaluasi terhadap Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) dinilai mendesak, terutama terkait dugaan hilangnya perkara yang melibatkan Sugar Group dengan ...
Opini

Menimbang ontologi auman Megawati

Jakarta, 23 Februari 2025- Akhir akhir ini ruang publik kita dikejutkan oleh hadirnya sebuah auman serangan Megawati atas kepemimpinan nasional. Hal itu dilakukan menanggapi penahanan Hasto ...