Jika benar Presiden Jokowi meminta agar persyaratan penggunaan bahasa Indonesia dihapus bagi pekerja asing maka sungguh sangat memprihatinkan.
Sebab kendati alasannya untuk kepentingan hadirnya investasi, namun kehendak politik itu bisa jadi bagian dari agenda terselubung bagi kelompok investor tertentu.
Lebih dari itu, bukan mustahil hal ini akan menjadi awal hancurnya identitas bangsa, di mana bahasa nasional merupakan simbol utamanya.
Di era Presiden Soeharto sendiri, di mana investasi asing cukup terbuka dan pesat, namun penggunaan bahasa Indonesia bagi pekerja asing tetap diberlakukan dan tak jadi kendala.
Yang secara nyata dikuatirkan adalah akan terus mengalirnya para pekerja asing tenaga kasar, khususnya dari negara Cina seperti yang sudah jadi satu fakta sekarang ini.
Ini artinya, kehendak itu sekaligus akan menyingkirkan atau meminggirkan para tenaga kerja pribumi yang sangat membludak tak terserap di Indonesia sekarang ini.
Padahal kehadiran investasi asing harusnya memberi manfaat besar secara ekonomi bagi tenaga kerja pribumi di negeri ini. Bukan sebaliknya malah menggusur tenaga kerja pribumi.
Selain itu, peniadaan kewajiban syarat bahasa Indonesia merupakan bagian dari ketiadaan penghargaan pemerintah terhadap bahasa ibu sendiri -- contoh kebijakan yang sungguh-sungguh melecehkan identitas.
Bahkan bukan mustahil ke depan para generasi muda merasa tak memerlukan bahasa Indonesia, sekaligus akan adanya tuntutan agar kurikulum bahasa Indonesia dihapuskan saja.
Pemimpin negara ini sebenarnya tak perlu terkesan begitu agungnya para investor asing sehingga harus menghilangkan identitas kebangsaannya yang sudah jadi bagian dari kewajiban konstitusi.
Negara ini adalah milik bangsa Indonesia, yakni suku-suku bangsa yang sejarah sosial budayanya berasal dari suatu tempat (pulau atau daerah) di dalam wilayah Nusantara.
Namun, kendati memiliki bahasa daerah masing-masing, namun mereka mau berkorban untuk menyatu dalam satu negara dengan satu bahasa nasional: bahasa Indonesia.
Sehingga, sekali lagi, rasanya aneh kalau yang terkesan "dituhankan" adalah para pendatang dengan membawa misi investasi.(*)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #Kolom #Makan Siang #la ode ida