JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Rencana pemerintah untuk menghapus premium dan menggantinya dengan pertalite masih menuai kontroversi. Setelah dinilai harga pertalite lebih tinggi dari premium, kini keberadaan pertalite juga dianggap tak cocok dengan kendaraan di Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan anggota Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad. Ia menilai varian bahan bakar minyak baru yang akan dikeluarkan PT Pertamina (Persero), Pertalite, tidak sesuai dengan kebutuhan kendaraan di Indonesia yang telah menerapkan teknologi standar Euro 2 sejak 2007.
"Jika tiba-tiba Pertamina mau memproduksi BBM yang di bawah standar kebutuhan Euro 2, berarti itu menipu, dengan begitu mobil orang bisa rusak," kata Ahmad di Jakarta, Jumat (24/4/2015).
Namun kata Ahmad, BBM jenis Pertalite dengan Research Octane Number (RON) 90 dengan Premium RON 88 sebenarnya tidak terlalu berbeda. Keduanya sama-sama kurang tepat dengan teknologi kendaraan.
Apalagi kata dia, BBM tersebut juga tidak ramah lingkungan. Menurutnya, Indonesia telah mengadopsi teknologi kendaraan bermotor dengan standar Euro 2 sejak 2007. Ada pun kadar oktan bahan bakar standar untuk kendaraan Euro 2 adalah RON 92 atau minimal RON 91.
"Bisa ditambah saja RON-nya menjadi 91, bukan RON 90. Itu baru sesuai dengan kebutuhan kendaraan masyarakat kita yang idealnya menggunakan RON 92, atau minimal RON 91," jelasnya. (iy)