Opini
Oleh Ariady Achmad pada hari Sabtu, 13 Jun 2015 - 06:12:20 WIB
Bagikan Berita ini :

Dilema Dana Desa

20tscom-sarapanpagi-aa.jpg
Kolom Sarapan Pagi bareng Ariady Achmad (Sumber foto : Ilustrasi/TeropongSenayan)

Niat baik saja tidak cukup. Apalagi berhubungan dengan penggunaan dana untuk pembangunan. Sebab ada aturan dan tata laksana yang harus dipenuhi. Sekecil apapun pelanggaran prosedur akan berujung pada sangkaan korupsi.

Tak terkecuali dengan penyaluran dana desa. Niat penggelontoran dana Rp 1 miliar untuk setiap desa bertujuan agar ekonomi desa bergeliat sebagai modal mengolah sumber daya yang melibatkan seluruh warga perdesaan.

Namun bagaimana mewujudkan semua itu? Tidak sesederhana yang diperkirakan. Bahkan KPK mengingatkan sedikitnya ada14 potensi titak rawan korupsi yang bisa terjadi dalam pemanfaatan dana desa.

KPK menilai potensi terjadinya korupsi sangat tinggi. Sehingga lembaga anti rasuah ini mengingatkan kepada sejumlah lembaga pemerintah yang terkait akan riskannya penyaluran dana ini. Baik Kemenkeu, BPK maupun kementerian teknis.

Peringatan yang musti mendapatkan perhatian. Bukan karena sebagai hal baru-yang biasanya tidak dilengkapi tata kelola yang memadai-namun juga minimnya pengalaman sumber daya manusia yang mengelolanya.

Bagi aparat maupun masyarakat di desa, setiap dana yang di salurkan pemerintah hingga ke desa adalah 'hibah' atau 'bantuan'. Mereka hanya mengerti 'menggunakannya' sekaligus tidak terbiasa 'mengelola'.

Mereka tak paham dengan belibet atau rumitnya prosedur birokrasi pemakaian dana yang berasal dari APBN. Sebab mereka adalah orang lapangan yang lebih banyak berkutat dengan kerja katimbang urusan administrasi.

Padahal tertib administrasi syarat wajib pemanfaatan dana APBN dalam rezim birokrasi. Kita mengingatkan ini karena orang lapangan biasanya lalai atau meremehkan urusan administrasi bahkan kadang menabrak aturan administrasi.

Sebelum semua ini bisa membawa pengelola dana desa ke meja hijau karena tuduhan korupsi, sebaiknya dicarikan pola yang lebih aman dan fair (adil). Agar niat baik itu tak memakan korban namun benar-benar bermanfaat serta aman bagi warga desa.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #sarapan pagi  #kolom  #ariady achmad  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Selamat Jalan Sri Rukiyatin: Sebuah Pengingat Nilai Kemanusiaan di Tengah Erosi Peradaban

Oleh Agusto Sulistio
pada hari Kamis, 09 Jan 2025
Di tengah pesatnya kemajuan teknologi dan digitalisasi, dunia kerap terjebak dalam ritme individualis yang mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Interaksi manusia semakin digantikan oleh ...
Opini

Transformasi Partai Politik: Usulan kepada Presiden Prabowo Subianto dan DPR

Salah satu aspek fundamental dalam sistem demokrasi adalah peran partai politik sebagai penjaga kepentingan publik. Namun, dalam praktiknya, banyak partai lebih berorientasi pada kepentingan elit ...